Mempersiapkan Mental Anak Memasuki Bulan Ramadhan

Adib Setiawan, M.Psi - 2015-07-06 11:35:27
Adib Setiawan, M.Psi
 

Tanya :

"Pak Adib yang dirahmati Allah, saya ibu dari dua orang anak (5 dan 13 tahun). Bagaimana ya pak Adib mempersiapkan mental anak menghadapi bulan Ramadhan agar puasa tidak menjadi beban. Membimbing anak untuk berpuasa dan memahami maknanya adalah bukan pekerjaan yang mudah, satu anak baru akan belajar puasa dan satunya lagi baru beranjak baligh. Mohon sarannya Pak Adib. Terima kasih." Karina Apriliani, Depok

JAWAB:

Terima kasih Ibu Karina Apriliani. Per­tanyaan yang bagus. Sebentar lagi akan datang bulan puasa, bulan suci Rama­dhan. Memang sangat penting mem­persiapkan mental anak menghadapi bulan Ramadhan. Puasa merupakan cara untuk mendapatkan kebahagiaan. Orang akan merasa bahagia jika sejak dini terbiasa melakukan puasa.Tentunya supaya tidak menjadi beban maka yang penting anak dibiasakan puasa sejak dini. Anak yang usia 5 tahun bisa dilatih puasa setengah hari misalnya sampai adzan dhuhur. Jika anak sudah terbiasa, maka kemudian bisa ditingkatkan sam­pai jam 15.00 atau Ashar pada usia 7-8 tahun. Ketika di usia 9 tahun ke atas bisa sampai Maghrib. Anak ketika menahan tidak makan dan minum kemudian ber­buka maka anak akan mengetahui betapa besar nilai sebuah makanan sehing­ga melatih anak menghargai makanan yang mereka dapatkan.

Orang yang sering berpuasa akan mendapatkan kebahagiaan, yaitu ke­bahagiaan saat berbuka dan yang kedua kebahagiaan saat Idul Fitri datang. Bia­sanya anak-anak akan senang dengan adanya bulan Ramadhan. Beberapa tra­disi diciptakan misalnya anak mendapat­kan baju baru ketika mampu berpuasa dan anak menikmati banyak keberkahan ketika di malam hari tiba. Anak supaya bahagia memang perlu diberikan pen­jelasan tentang nilai-nilai bulan suci Ra­madhan. Jika anak terus diberikan pen­jelasan, maka anak mampu merasakan sendiri bahwa puasa merupakan hal yang ditunggu-tunggu dan kebanyakan anak biasanya merasa bahagia akan da­tangnya bulan suci Ramadhan.

Di beberapa daerah banyak cara me­nyambut bulan suci Ramadhan misalnya sehari sebelumnya mandi di tempat khusus misalnya sungai tertentu, pe­mandian umum dari tempat pemandian yang airnya paling bersih. Hal tersebut membuat mereka merasa senang. Apa­lagi di beberapa daerah ada hiburan. Tradisi lain misalnya menyambut bulan puasa dengan membuat ketupat, me­masak daging sehingga kebanyakan anak-anak akan menyukainya jika di­bandingkan hari-hari biasanya. Apalagi di hari-hari biasa kebanyakan mereka misalnya tidak makan daging, namun tahu tempe misalnya. Orang tua bia­sanya menyiapkan makanan khusus untuk anak-anaknya di bulan puasa ataupun di hari raya Idul Fitri. Tentunya tradisi seperti ini akan terus dilanjutkan di mana orang dewasa yang menjalani ini akan selalu rindu pada orang tua me­reka yang tulus memberikan hal yang istimewa untuk anak-anaknya.

Tak heran jika di bulan ini pula mun­cul tradisi mudik yang benar-benar membawa kesenangan bagi orang tua dan anak. Kondisi inilah yang membuat puasa tidak menjadi beban. Namun, tanpa disadari anak merasa puasa hal yang membahagiakan. Ketika puasa datang, tanpa disadari anak memper­sepsikan puasa sebagai makan daging, mendapat baju baru, pulang kampung dan bersilaturrahinn dengan saudara. Hal ini juga sesuai dengan teori psiko­logi tentang Classical Conditioning teori dari Ivan Pavlov, seorang psikolog Rusia, bahwa sesuatu yang kurang menyenan­gkan, misalnya menahan tidak makan dan minum namun diiringi sesuatu yang menyenangkan seperti disebutkan di atas, maka anak akan merasa senang.

Respon inilah yang barangkali sudah diciptakan oleh para pendahulu ma­syarakat Islam jauh sebelum teori Pav­lov muncul. Jadi yang penting bangun persepsi anak bagaimana bulan puasa dipersepsikan pada hal-hal yang menye­nangkan mulai dapat baju baru, makan makanan yang disuka, mendapatkan masakan istimewa dari orang tua. Hal ini membuat anak senang berpuasa. Hal tersebut pasti tidak terlupakan jika orang tua telah tiada atau saat anak jauh dari orang tuanya. Hal inilah yang men­dorong tradisi terus berjalan. Para anak akan selalu merindukan orang tua atau­pun kampung halaman mereka.

Dalam menyambut bulan suci Ra­madhan kantorpun biasanya pulang lebih awal karena mereka, para orang tua yang bekerja ingin segera berkum­pul dengan keluarganya. Kadangkala sekolah juga libur awal puasa Rama­dhan sehingga anak-anak menyambut dengan suka cita. Walaupun demikian tentunya puasa bukan berarti melatih anak untuk malas.Tentunya selain mem­perbanyak ibadah anak juga tetap dilatih memanfaatkan waktu untuk belajar. Ketika anak membaca buku atau belajar kadangkala tak terasa waktu sudah men­jelang Maghrib. Jika anak tidak memiliki kesibukan maka anak merasa lama seka­li berpuasa. Berikan pengertian, orang tua bisa mengajaknya untuk jalan-jalan, bermain, atau membaca buku. Jika anak memiliki kegiatan tentunya membuat waktu begitu cepat sehingga anak tidak terasa menjalani ibadah puasa.

Para orang tua tentunya tidak ragu untuk melatih anak berpuasa sejak dini. Termasuk melatih anak menahan diri dari prilaku yang kurang tepat dalam konteks yang lebih luas. Melatih anak menahan diri tidak makan es krim ke­tika sedang batuk, sehingga anak tidak semakin batuk juga penting. Melatih anak untuk tidak jajan berlebih sehingga anak menjadi sehat, memiliki daya tahan tubuh yang balk dan rajin menabung, membuat anak menjadi pribadi yang mandiri sejak dini.

Menahan diri tidak membeli mai­nan yang sudah dimiliki adalah cara anak mampu menahan keinginan sejak dini. Orang tua juga perlu menahan diri supaya tidak memanjakan anak sehing­ga anak menguasai keterampilan sesuai dengan usianya. Jangan sampai karena sayang anak, sampai usia 5-6 tahun anak masih disuapi saat makan dan masih belum mampu memakai baju sendiri. Latih anak supaya memiliki kemampuan perkembangan sesuai dengan usianya. Jika hal ini dilakukan tentunya anak akan menjadi pribadi yang kuat dan mampu menjadi pemimpin di kemudian hari dan mewujudkan cita-cita sesuai harap­an orang tuanya.

Berikut tips supaya anak semangat berpuasa.

BERIKAN CONTOH. Orang tua se­baiknya nnemberikan contoh berpuasa. Jika orang tua berpuasa maka anak juga akan meniru orang tua. Jika orang tua puasa 1 bulan penuh, maka anak juga akan meniru di kemudian hari.

BERCERITA. Berikan anak suatu cerita yang terkait dengan bulan suci Ramadhan. Cerita bisa berupa penting­nya menahan diri bagi anak-anak sejak dini atau tentang sejarah puasa dari nabi Adam Alaihi Salam, sampai nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.

SAMBUT HARI RAMADHAN. Lan­jutkan tradisi menyambut hari Rama­dhan karena tradisi ini membuat anak menyenangi puasa.

BERI MOTIVASI. Cobalah ceria saat berpuasa dan berikan motivasi ke anak. Jika anak merasa tidak kuat maka beri motivasi misalnya waktu berbuka 2 jam lagi atau lainnya. Melatih anak menahan did membuat kepribadian anak semakin kuat.

BERIKAN MASAKAN ISTIMEWA. Jangan pernah mengeluh saat puasa. Seb


 
Index Berita
 
 


© 2025 YPPI.All rights reserved. Design by ideweb,Developer